COBA SENDIRI DULU, GAGAL BARU MINTA BANTUAN!
Kedua jempolku scrolling down tayangan Instagram secara random dan berhenti di mukbang wanita mungil Chinese yang selalu terlihat luar biasa dalam makan. Entahlah, aku rasa sisi lainku ada disorder apa namanya hingga selalu ngiler melihat makanan di acara mukbang. Padahal ini salah satu dari empat penyakit umat Islam, seperti Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pesankan dalam sabdanya:
''Hal-hal yang paling aku khawatirkan melanda umatku ialah besar perut, banyak tidur, pemalas, dan lemah keyakinan.'' (HR Daruquthni dari Jabir). Pun suami sering peringatkan. Walau sekadar suka bukan seorang penggila makanan. Itulah aku sebut aku memiliki disorder bla bla bla.
Well, saat asyik tetiba panggilan WA dari seorang anggota Komunitas MGMP Bahasa Inggrisku masuk. Dia memperkenalkan diri padahal aku sudah menyimpan kontaknya, tentu orangnyapun sudah kukenal. Pikiranku menebak langsung hajatnya, ternyata benar dia ingin direset password Sim-PKBnya. Aku iyakan cus buka laptop dan pasang hotspot.
Ya Rabb, saat sudah mau mereset dengan mengklik titik tiga di sudut kanan nama anggota, punya dia ini tak ada pilihan reset password, yang ada hanya cetak kartu. Bingung dong, mau hubungi CP di Dinas khawatir susah/lama seperti pengalaman-pengalaman yang ada. Akhirnya, mencoba klik saja kata "cetak" dan voila! Ternyata bisa, walaupun semacam di ultimatum oleh server, karena dianggap ilegal.
Dalam pikiran apanya yang ilegal? toh yang minta yang bersangkutan. Bila diamati itu terjadi karena dia mencoba mengganti password sendiri (hehe kreatif) sebab keterangannya "pengguna sedang melakukan aktivasi". So, hikmahnya hari ini, jika menghadapi masalah jangan melulu minta bantuan. Coba sendiri, saat prosedur yang dilakukan gagal baru minta ahlinya. Tentunya sertakan selalu Basmallah sebelum memulai sesuatu agar bernilai ibadah.
PENGETAHUAN BERHARGA DARI WEBINAR VBG#28 HOLISTIC CHARACTER "Cara Cepat Mengenal Karakter Pelanggan"
Tumbang Miri, 20 Pebruari 2021.
Bergabung dengan
Webinar yang diselenggarakan oleh Seeker Revolution, OK OCE Indonesia yang
merupakan Gerakan Sosial Penciptaan Lapangan Kerja di mana Sandiaga Uno sebagai
Foundernya, adalah tindakan yang masih absurd bagiku. Kenapa? Sebab, aku masih
merasa belum memiliki usaha, walaupun sebenarnya ada. Lho kok demikian? Iya
usaha yang ada sekarang lebih tepatnya milik suami. Karena konsentrasinya aku
hanya ke pekerjaan utamaku sebagai PNS di SMAN-1 Kahayan Hulu Utara.
Kembali ke topik
pembahasan yakni Holistik Karakter pelanggan yang kemarin disampaikan oleh
Coachku, Munawar Azis di sebuah proyek Menulis Buku Purple's Notes yang
diketahui nanti akan beliau berikan salah satu eksemplarnya ke Pak Gubernur DKI
Jakarta, Anis Baswedan. Walau sejak awal hanya menjadi pendengar, namun tanpa
kusadari telah mendapatkan pengetahuan yang sangat berharga terkait perilaku
seorang penjual kepada pelanggannya yang berbeda karakter. Aku tercenung, sebab
menyadari betul dulu aku tak sepenuh hati melayani pelanggan di usaha Penjualan
HP dan Accessories bersama suamiku.
Saat itu aku lebih
mengandalkan staff yang menghandle semuanya di Counter, sedangkan aku memilih
istirahat lantaran lelah mengajar. Jika disadari memang sisakan sesal. Tetapi
apa boleh buat itu sudah terjadi. Usaha itu sudah merosot drastis. Kini suamiku
konsentrasi dengan Usaha Servis HP bersama teknisi dari Palembang di Kuala
Kurun. Selain itu beliau juga lebih fokus dengan Pemeliharaan Gedung Burung Walet milik ibunya,
yang kebetulan didirikan di atas tanah kami sendiri.
Eh, maaf pemirsah.
Aku melebar kemana-mana. Baik aku tarik tali topik holistik karakter tadi ya.
Jadi begini, materi yang dibawakan Coach Azis ini sangat menarik. Pembawaannya
santai dan tidak membosankan. Buktinya semua peserta aktif terutama di kolom
chat. Demikianpun aku, biasanya aku bisa ngantuk dan tertidur kala Webinar.
Fokus! Ini kok kembali melebar. Begini, inti dari holistik karakter adalah
memaparkan 4 karakter orang, yakni Plegmatis, Melankolis, Koleris dan
Sanguinis. Keempat ini ditandai 4 warna di tayangan Slides Power Point beliau,
yaitu Hijau, Biru, Merah dan Oren. Berikut secara singkat penjabaran 4 karakter
tersebut:
A. Plegmatis
- Pendiam
- Tenang
- Sabar
- Damai
B. Melankolis
- Logis
- Analitis
- Cermat
- Hitungan
C. Koleris
- Gigih
- Tegas
- Jelas
- To the Point
D. Sanguinis
- Dramatisir
- Pujian
- Pengakuan
- Bicara
Di sela beliau
menjelaskan, beliau meminta para peserta untuk menulis yang mana karakter yang
dirasa dominan dari penjelasan beliau dari keempat tersebut, serta
prosentasenya. Jawabanpun bervariasi, ada yang A 50%, B 50%, C 100%, D 75%, aku pun menulis A 60% atau Plegmatis
60%. Karena aku juga merasa karakterku ada di B, D dan C. Pada akhirnya
tebakanku benar bahwa keempat karakter itu seyogyanya harus seimbang. Seperti
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang memiliki 4 karakter yang seimbang
yakni As Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah. Walaupun tidak akan mampu seperti beliau, setidaknya kita bisa menyeimbangkan sebaik mungkin.
Lebih lanjut, Coach
Azis menjelaskan betapa penting seorang pengusaha atau penjual mengetahui 4
karakter yang dijelaskan di atas yang dimiliki oleh pelanggan, agar
pendekatannya tepat dan dapat maju pesat usaha yang dijalankan, sebab tahu trik
mendekatinya. Aku ambil satu contoh saja, yakni karakter pelanggan Plegmatis ya. Cara
mendekatinya tidak usah bertele-tele, buat hal jadi mudah dan jelas dalam
menjelaskan. Buat dia nyaman, praktis, jaminan dan tawarkan garansi.
Well, itulah
pengetahuan berharga yang kuperoleh
kemarin bersama OK OCE. Keren pokoknya!
BIJAKMU JANGAN PUPUS
SEBAB LAYANGAN
PUTUS
Minggu, 6 Pebruari 2022.
Memutuskan untuk tidak lagi menonton drama dan sinetron sudah lama
kulakukan. Bukan karena ingin berbeda, melainkan paham betul dampak buruknya
pada diri sendiri. Tidak mampu mengatur waktu dengan baik dan lalai akibat
candu. Sehingga terasa dunia luar terblokade dengan sendirinya. Urusan rumah
tangga bahkan ibadah agak terbengkalai. Itu yang terjadi padaku dan semoga tak
akan terjadi pada Emak-Emak bijak di luar sana.
Namun, entah mengapa berawal dari kisah dua teman sekantor tentang
series Layangan Putus yang katanya disadur dari cerita novel based on true
story tersebut, membuat batinku meronta ingin menonton. Maklum, jiwa penulisku
memercikkan lada keponya. Sebagus apa sih kisahnya?
Lalu, dihari yang sama aku mendapatkan aplikasi tayangan series dari
salah satu kawan tadi. Akupun mulai menonton seri pertama. Dijamin, sejak detik
pertama sampai akhir, ceritanya disuguhkan begitu memukau. Tokoh si Mas Aris
yang manipulatif, Kinan yang tabah dan cerdas, serta Lidia Daniera, wanita tak
memiliki urat malu layaknya PSK, dimainkan dengan totalitas. Ya walau pada
beberapa potongan series aku skip, sebab malu. Ada beberapa adegan 18+nya.
Bukan sok suci, hanya saja kerudung di kepalaku seakan berbisik,
"Astagfirullah, Titi. Kamu yakin menonton beginian?" Weks! Tanganpun
auto skip.
Keterpesonaanku pada kisah Layangan Putus tak membuatku hanya memuji
sebagai seorang penulis, tetapi jiwa intelku juga tergelitik. Aku mulaikan
berselancar di Google untuk mencari data penulis asli. Tentu tawaran Google yang
sok tahu itu ada beberapa tingkatan. 3 deret teratas menjadi pilihanku. Voila,
data sudah teridentifikasi dan footnote catatan sosial media masing-masing
tokoh nyatanya kudapatkan. Sebenarnya demi apa? Kedua mataku berbinar senang
luar biasa, senyum mencurigakan kukembangkan. Aku beralih ke Instagram dan
follow akun si istri sah dan istri kedua dari Mas Aris (nama fiksi). Alangkah
terkejut, ternyata tokoh Lidia Daniera (nama fiksi) itu bercadar sempurna dan
akhlaknya baik In Syaa Allah dari setiap postingannya. Semakin penasaran dong,
cari sumber lagi ternyata sebelumnya dia seorang selebgram yang belum menutup
aurat. Well, di poin ini aku mengerutkan dahi, "lho, ada apa ini?
Jangan-jangan kisah seriesnya berbeda dengan novelnya?"
Yup, betul sekali. Aku beralih ke YouTube, di sana aku menemukan sumber
valid dari pengakuan Mom ASF, sang istri pertama Mas Aris yang kini berstatus
mantan istri (penulis) Ternyata dia berlepas diri dari kisah seriesnya, memang
dia mengaku dihubungi pihak MD Entertainment, tetapi ceritanya memang berbeda.
Lantas katanya tadi disadur dari novelnya? Memang benar, hanya saja
esensi ceritanya yang sama, yakni 'mendua'. Kalau series yang diperankan Reza
Rahardian Matulessy/Reza Rahardian (Mas Aris) Ni Luh Dharma Putri Marino/Putri
Marino (Kinan) dan Nur Amalina Hayati/Anya Geraldine (Lidia Daniera) itu
menggambarkan pasangan suami istri modern dan tidak agamis, demikianpun wanita
simpanan Mas Aris. Sedangkan versi novel, kehidupannya agamis bahkan si Mas
Aris seorang yang shalih dan berdakwah ke beberapa daerah. Lebih lanjut,
perbedaan kisahnya di 'menduanya.' Versi series itu selingkuh, sedangkan versi
novel itu taadud (poligami). Memang kesamaan ke Cappadocia dan hilang selama 12
hari tanpa kabar itu sama.
Huh! Sampai di sini kenapa napasku
sedikit sesak ya? Hehe.
Baik, lanjut ya. Jika disorot dampak Kisah Layangan Putus, baik versi
novel maupun series sama-sama mampu membuat para istri khawatir akan kesetiaan
suaminya. Tak luput yang menulis tulisan ini. Rasa penasaran akan suaminya juga
mencuat. Apalagi, dia sangat sadar dialah yang lebih dulu jatuh cinta dengan
suaminya. Lagipula, laki-laki yang tidak pernah romantis dalam kata-kata itu
hampir tak pernah memujinya, semisal "kamu sangat cantik, sayang. Kamu
manis. Makanan kamu enak." Hatchih! Apa iya juga pujian sebagai tanda
kesetiaan? Ah, ada-ada saja. Maklum wanita memang begitu, perasaan diutamakan
ketimbang akalnya. Padahal tidak kurang bukti kasih sayang suaminya padanya.
Hanya saja, ia tahu bahwa selama ini beberapa betina di luar sana ada yang
tertarik dengan suaminya, hingga berujung ia blokir akun sosial media mereka.
Iya dong, kan akun-akun sosial media suami-istri password-nya modus berbagi
hehe.
Lha? Bagaimana tahu wanita-wanita itu
menyukai suaminya. Panjang ceritanya, bisa mengalahkan Series Layangan Putus
durasinya jika dikisahkan.
Tuhkan, jadi kemana-mana kalau cerita begini. Kita sampai di mana tadi? Oh iya, tentang istri-istri yang khawatir tentang kesetiaan suaminya ya? Yup, itu pula yang kulakukan. Aku mulai bertanya pada suami dengan hati-hati.
"Sayang, apakah laki-laki memang semua cenderung tertarik dan tak cukup dengan satu wanita?" Tentu jantungku kupersiapkan untuk tetap stabil, meski akan mendapatkan jawaban tak enak. Benar saja, ternyata jawabannya begini,
"Hampir semua laki-laki itu begitu. Sebab dia makhluk visual.
Hanya saja, dia harus memutuskan apakah bertahan dengan istri pertamanya atau
mendua." Bola mataku seketika melebar, ingin marah tapi kutahan. Tak ingin
terlihat konyol. Selama ini kalau cemburu aku usahakan selalu anggun, agar
tidak menjadikan suamiku berbalik ill-feel.
"Lalu?" Buruku penasaran.
"Ading lihat saja sendiri,
buktinya kakak masih bersama ading. Walaupun kakak tak bisa berkata romantis,
tetapi buktinya sekarang apa?" Ia lanjut mengusap pundakku di dalam
pelukannya.
"Iya, Ulun tahu. Terima kasih sudah
pilih dan cinta Ulun.” Balasku semakin mepet di pelukannya yang hangat. Ya,
guys. Kita tak boleh mengorek masa lalu atau hal-hal yang belum terlihat di
depan mata menjadi sebuah masalah yang harus dipertengkarkan. Dalam agama kita
diajarkan demikian, agar kita fokus kepada proses taubatnya saja bukan
dosa-dosanya. Lagipula semestinya kita bersyukur, tidak mudah bagi seseorang untuk
lepas dari godaan. Sama halnya kita wanita ketika menahan diri dari godaan-godaan
bela dan beli barang unyu-unyu, susah kan?
Itulah yang terjadi guys. Satu hal pelajaran yang perlu kita sebagai
wanita atau istri pegang, bahwa laki-laki atau suami itu adalah makhluk Allah
yang memang penyuka keindahan atau hal yang menarik mata mereka. Saranku bahwa
kita sebagai wanita harus bisa menjaga diri dan penampilan juga. Belajar
berlogika dan realistis seperti kaum laki-laki. Di rumah dan di luar rumah
harus berbeda. Usahakan berpenampilan bidadari di rumah, make up, skincare
harus, minimal lipstik merah. Parfum wajib dan perawatan dalam juga. Lalu,
apakah itu cukup sebagi jaminan? Tidak mutlak, tetapi setidaknya ada usaha
untuk menunaikan keumuman yang disukai suami dulu ya. Pun yang paling utama,
baik suami maupun istri harus kuat hubungan Piramidanya Kepada Sang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebab, semakin kita di posisi ujung kerucut
Piramidanya, semakin dekat pula posisi keduanya (suami-istri). Semoga kisah
Layangan Putus ini bisa kita ambil ibrah (pelajaran), bukan sebagai horor yang
menjadikan kita menyempitkan ruang gerak suami dalam melakukan sesuatu, dengan
bertindak impulsif.
Pun, suami manusia biasa sama dengan dirimu. Dia bukan pula seorang narapidana yang kudu dipenjara di rumah dan hatimu,
dia adalah belahan jiwa. Jangan bijakmu pupus lantaran Layangan Putus.
Berdoalah semoga belahan itu hanya satu yakni kamu bukan dua-tiga dan
seterusnya. Aamiin. Chiayo!
I'M GOOD, BECAUSE ALLAH WITH ME: A HIDDEN STORY OF GMT LEVEL 1.
Sabtu, 23 Oktober 2021
Salah satu kata azimat yang menguatkan saya dalam menghadapi peliknya permasalahan akhir-akhir ini. Saya adalah pribadi yang kau lihat baik-baik saja di luar, tetapi birunya hati tertutup karena jengah. Iya, malu di hadapan Sang Maha Pemilik hati, Allah Ta'ala. Bagaimana mungkin keluhan itu dibuat berepisode? Diumbar ke mana saja dan di mana saja? Ups! Bukan sedang diendorse salah satu platform media pembelajaran ya hehe. Maksudnya, saya selalu berpikir berkali-kali lipat dampak apa yang didapat ketika mencurahkan isi hati. Sebab, bisa saja bukan rasa lega yang diperoleh, menyulut masalah baru iya. Mencermati bahwa segala masalah ada jalan keluarnya. Dia tak pernah memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-hambaNya. Lalu, apakah saya tak pernah curhat ke orang lain? Kadangkala, kepada orang-orang yang saya percaya dan tentunya hanya bagian kulit masalah saja, bukan daging perkara yang dikisahkan. Oh maaf, sedari tadi mungkin kau bingung saya seperti menyampaikan mukadimah yang absurd. Padahal sebenarnya saya hanya ingin membagi beberapa kisah suka duka kegiatan online Google Master Trainer Level 1. Maklum, karakter wanita memang demikian. Tidak afdal ringkas. Harus rumit dulu hehe!
Berawal dari rekomendasi Duta Rumah Belajar 2018, Burhanudin 2 bulan lalu. Saya tertarik untuk menjadi salah seorang Pendidik Bersertifikasi Google, layaknya teman-teman saya di dunia perdaringan selama ini semisal Meyrisa Anggraini (Instruktur-Kuala Kapuas) dan Hanna Kali Wahyumi (DRB 2019-Palangkaraya). Tentu bukan asal ikut-ikutan, melainkan dorongan hati sebagai seorang pendidik pecinta TIK selama ini. Lebih dalam lagi, karena ingin proses pembelajaran di daerah saya tidak ketinggalan menggunakan platform-platform kekinian juga semisal Google Classroom, dan lain-lain. Pun sangat benci alasan orang enggan maju karena letak geografisnya. Apalagi di masa pandemi yang masih dijaga protokol kesehatannya hingga sekarang. Penguasaan TIK bukan untuk memenuhi kebutuhan pribadi semata, melainkan untuk orang banyak pula. Di sana saya merasakan atmosfir kolaboratif. Ada rasa saling membutuhkan, tolong-menolong dan welas asih. Sehingga bisa menyembuhkan egosentrisme yang akut sekalipun.
Baik, awalnya tidak menemui kendala ketika mengikuti kegiatan ini. Nilai-nilai praktik, teori maupun Ujian Kompetensi saya brilian. Didukung Para Coach sangat memukau dan apik dalam menyampaikan materi melalui streaming Youtube. Bahkan saat pengimbasanpun lancar jaya walau belum memenuhi target 50 orang per trainernya. Berkolaborasi bersama rekan-rekan trainer, Hasiholan Yusuf, Zainuddinoor, Nanang Fahrurrazi, Miokti Yessy, Herliani dan Syarifah begitu berkesan. Bersama mereka pengalaman saya bertambah. Apalagi kami berbeda latar belakang profesi dan minat, Pegawai LPMP Kalteng, Pengawas SMA/SMK Bartim dan Guru-guru dari sekolah dan daerah yang berbeda. Hal itu mewarnai cerita kami di sana, canda tawa, kesalahpahaman, kekesalan bahkan duka yang kami rasakan bersama. Bisa dikatakan kami seperti bersaudara sekarang.
Lantas, di mana letak masalahnya?
Jawabannya adalah saat Ujian Google Certification Education (GCE) Level 1, yakni ujian akhir yang harus dilalui para trainer untuk mendapatkan pengakuan Google dan Kemendikbudristek dalam bentuk sertifikat. Saat itu saya tidak menemui kesulitan baik awal mendaftar ujian, mendapatkan beasiswa untuk ujian, mendaftar akun ujian dan ujian, semuanya mulus. Tetapi, tak dinyana selain kurang memahami pertanyaan yang rumit karena berupa terjemahan Bahasa Inggris ke Indonesia, saya juga terkendala jaringan dan sinyal. Terputus di tengah-tengah ujian. Padahal sudah saya back up pakai jaringan seluler lain, namun error. Saya tetap mengirimkan jawaban ujian ke tim Google dan pergi ke tempat tidur, Siap-siap menemui mimpi. Tidak larut malam memang, tetapi saya sudah terbiasa istirahat saat selesai sholat Isya. Semua ini karena menjaga kesehatan saya yang terganggu akibat sering begadang dulunya. Sesuai mimpi yang tak mengenakan malam itu, pagi hari melihat notifikasi email belajar.id saya menyatakan ujian FAIL ( Gagal ).
Hambar begitu membaur rasa di hati. Saya ingin menyalahkan diri sendiri, karena ketergesaan ikut ujian. Bukan tanpa sebab, saya ingin melanjutkan rencana ke Pondok Pesantren Amanah Umat, Banjarmasin tempat anak bungsu saya Ahmad Akmal Jauti menimba ilmu agama. Pikir saya, urusan-urusan lain harus beres dulu baru berangkat. Tiga hari lagi adalah kunjungan bulanan orangtua, yang sebenarnya tidak bisa dipenuhi secara rutin. biaya tentu salah satu alasan. Rencana semula hanya suami yang pergi, namun ada prahara melunglaikan jiwa. Dia membatalkan niat. Akhirnya saya putuskan untuk ke sana bersama mahram saya, Mama Iqbal. Saya tak kuat melihat Akmal kecewa nantinya, orangtuanya tidak hadir seperti waktu sebelumnya. Ia menangis di video call, ketika semua santri didatangi orangtua masing-masing, dia tidak. Akmal hanya numpang kumpul dengan keluarga santri lain. Miris dan sedih melihatnya. Well, Alhamdulillah, kekasih yang sensitif dan emosional tadi, akhirnya tak tega dan menemani saya bersafar. Hanya menguraikan airmata bahagia, meskipun di dalam sana keping-keping luka berserakan tanpa ada jala merekatkannya untuk utuh. Saya hanya ingin berlepas dari kelemahan sebagai wanita, karena sejatinya kami kuat dibandingkan laki-laki. Ups, maaf saya melebar kemana-mana haha!
Terus bagaimana kelanjutan ujian GCE Level 1 nya?
Terus berlanjut, saya mengajukan kembali beasiswa untuk ujian ulang. Hampir 10 hari baru dikirim ke email, padahal jadwal edar voucher setiap hari Jum'at. Ketika sudah memperoleh, akun ujian saya error berikut keterangan voucher invalid. Saya mau mundur sebab lelah dengan kerumitan mekanismenya. Tetapi rekan-rekan trainer menguatkan saya. Tercambuk semangat dan mencoba tenang. Proses demi proses dilalui, solusi akhir membuat email baru dan melaporkan kembali masalah voucher yang beralih status has been used itu ke Coach Steven Sutantro. Akhirnya diganti dengan kode voucher baru dan berhasil. Selanjutnya saya mencoba mengganti strategi. Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Saya belajar semua materi yang pernah dipelajari, pun merangkumnya dalam bentuk soal plus jawaban yang saya beri warna hijau dan kuning. Voila, tibalah kemarin pada hari Jum'at, 22 Oktober 2021 setelah sholat ashar, di mana suasana rumah hening. Anak saya Haikal latihan silat, sementara ayahnya ke kota kabupaten Kuala Kurun untuk memungut rezeki seperti biasanya. Sayapun memberanikan diri ujian ulang. Zikir, doa dan sholawat membasahi lisan saat menjawab soal-soal yang sama seperti sebelumnya tersebut. Sangat berharap tak sedetikpun Dia meninggalkan saya. Kau tahu hasilnya, saya PASS (lulus). Euforiapun terurai hingga bulir bening dari kedua kelopak mata keluar. Alhamdulillah, terima kasih kepada Allah, suami, putra, dan rekan trainer saya. Kalian semua luar biasa.
Komentar
Posting Komentar