Langsung ke konten utama

CELOTEHANKU 2

COBA SENDIRI DULU, GAGAL BARU MINTA BANTUAN!

Tumbang Miri, 23 Pebruari 2022.

   Kedua jempolku scrolling down tayangan Instagram secara random dan berhenti di mukbang wanita mungil Chinese yang selalu terlihat luar biasa dalam makan. Entahlah, aku rasa sisi lainku ada disorder apa namanya hingga selalu ngiler melihat makanan di acara mukbang. Padahal ini salah satu dari empat penyakit umat Islam, seperti Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pesankan dalam sabdanya: 

    ''Hal-hal yang paling aku khawatirkan melanda umatku ialah besar perut, banyak tidur, pemalas, dan lemah keyakinan.'' (HR Daruquthni dari Jabir). Pun suami sering peringatkan. Walau sekadar suka bukan seorang penggila makanan. Itulah aku sebut aku memiliki disorder bla bla bla.

    Well, saat asyik tetiba panggilan WA dari seorang anggota Komunitas MGMP Bahasa Inggrisku masuk. Dia memperkenalkan diri padahal aku sudah menyimpan kontaknya, tentu orangnyapun sudah kukenal. Pikiranku menebak langsung hajatnya, ternyata benar dia ingin direset password Sim-PKBnya. Aku iyakan cus buka laptop dan pasang hotspot. 

    Ya Rabb, saat sudah mau mereset dengan mengklik titik tiga di sudut kanan nama anggota, punya dia ini tak ada pilihan reset password, yang ada hanya cetak kartu. Bingung dong, mau hubungi CP di Dinas khawatir susah/lama seperti pengalaman-pengalaman yang ada. Akhirnya, mencoba klik saja kata "cetak" dan voila! Ternyata bisa, walaupun semacam di ultimatum oleh server, karena dianggap ilegal.

    Dalam pikiran apanya yang ilegal? toh yang minta yang bersangkutan. Bila diamati itu terjadi karena dia mencoba mengganti password sendiri (hehe kreatif) sebab keterangannya "pengguna sedang melakukan aktivasi". So, hikmahnya hari ini, jika menghadapi masalah jangan melulu minta bantuan. Coba sendiri, saat prosedur yang dilakukan gagal baru minta ahlinya. Tentunya sertakan selalu Basmallah sebelum memulai sesuatu agar bernilai ibadah

PENGETAHUAN BERHARGA DARI WEBINAR VBG#28 HOLISTIC  CHARACTER "Cara Cepat Mengenal Karakter Pelanggan"

Tumbang Miri, 20 Pebruari 2021.

   Bergabung dengan Webinar yang diselenggarakan oleh Seeker Revolution, OK OCE Indonesia yang merupakan Gerakan Sosial Penciptaan Lapangan Kerja di mana Sandiaga Uno sebagai Foundernya, adalah tindakan yang masih absurd bagiku. Kenapa? Sebab, aku masih merasa belum memiliki usaha, walaupun sebenarnya ada. Lho kok demikian? Iya usaha yang ada sekarang lebih tepatnya milik suami. Karena konsentrasinya aku hanya ke pekerjaan utamaku sebagai PNS di SMAN-1 Kahayan Hulu Utara.

   Kembali ke topik pembahasan yakni Holistik Karakter pelanggan yang kemarin disampaikan oleh Coachku, Munawar Azis di sebuah proyek Menulis Buku Purple's Notes yang diketahui nanti akan beliau berikan salah satu eksemplarnya ke Pak Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan. Walau sejak awal hanya menjadi pendengar, namun tanpa kusadari telah mendapatkan pengetahuan yang sangat berharga terkait perilaku seorang penjual kepada pelanggannya yang berbeda karakter. Aku tercenung, sebab menyadari betul dulu aku tak sepenuh hati melayani pelanggan di usaha Penjualan HP dan Accessories bersama suamiku.

   Saat itu aku lebih mengandalkan staff yang menghandle semuanya di Counter, sedangkan aku memilih istirahat lantaran lelah mengajar. Jika disadari memang sisakan sesal. Tetapi apa boleh buat itu sudah terjadi. Usaha itu sudah merosot drastis. Kini suamiku konsentrasi dengan Usaha Servis HP bersama teknisi dari Palembang di Kuala Kurun. Selain itu beliau juga lebih fokus dengan  Pemeliharaan Gedung Burung Walet milik ibunya, yang kebetulan didirikan di atas tanah kami sendiri.

   Eh, maaf pemirsah. Aku melebar kemana-mana. Baik aku tarik tali topik holistik karakter tadi ya. Jadi begini, materi yang dibawakan Coach Azis ini sangat menarik. Pembawaannya santai dan tidak membosankan. Buktinya semua peserta aktif terutama di kolom chat. Demikianpun aku, biasanya aku bisa ngantuk dan tertidur kala Webinar. Fokus! Ini kok kembali melebar. Begini, inti dari holistik karakter adalah memaparkan 4 karakter orang, yakni Plegmatis, Melankolis, Koleris dan Sanguinis. Keempat ini ditandai 4 warna di tayangan Slides Power Point beliau, yaitu Hijau, Biru, Merah dan Oren. Berikut secara singkat penjabaran 4 karakter tersebut:

A. Plegmatis

  • Pendiam
  • Tenang
  • Sabar
  • Damai

B. Melankolis

  • Logis
  • Analitis
  • Cermat
  • Hitungan

C. Koleris

  • Gigih
  • Tegas
  • Jelas
  • To the Point

D. Sanguinis

  • Dramatisir
  • Pujian
  • Pengakuan
  • Bicara

   Di sela beliau menjelaskan, beliau meminta para peserta untuk menulis yang mana karakter yang dirasa dominan dari penjelasan beliau dari keempat tersebut, serta prosentasenya. Jawabanpun bervariasi, ada yang A 50%, B 50%, C 100%, D  75%, aku pun menulis A 60% atau Plegmatis 60%. Karena aku juga merasa karakterku ada di B, D dan C. Pada akhirnya tebakanku benar bahwa keempat karakter itu seyogyanya harus seimbang. Seperti Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang memiliki 4 karakter yang seimbang yakni As Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah. Walaupun tidak akan mampu seperti beliau, setidaknya kita bisa menyeimbangkan sebaik mungkin.

   Lebih lanjut, Coach Azis menjelaskan betapa penting seorang pengusaha atau penjual mengetahui 4 karakter yang dijelaskan di atas yang dimiliki oleh pelanggan, agar pendekatannya tepat dan dapat maju pesat usaha yang dijalankan, sebab tahu trik mendekatinya. Aku ambil satu contoh saja, yakni karakter pelanggan Plegmatis ya. Cara mendekatinya tidak usah bertele-tele, buat hal jadi mudah dan jelas dalam menjelaskan. Buat dia nyaman, praktis, jaminan dan tawarkan garansi.

   Well, itulah pengetahuan  berharga yang kuperoleh kemarin bersama OK OCE. Keren pokoknya!


BIJAKMU JANGAN PUPUS
SEBAB LAYANGAN PUTUS

Minggu, 6 Pebruari 2022.

     Memutuskan untuk tidak lagi menonton drama dan sinetron sudah lama kulakukan. Bukan karena ingin berbeda, melainkan paham betul dampak buruknya pada diri sendiri. Tidak mampu mengatur waktu dengan baik dan lalai akibat candu. Sehingga terasa dunia luar terblokade dengan sendirinya. Urusan rumah tangga bahkan ibadah agak terbengkalai. Itu yang terjadi padaku dan semoga tak akan terjadi pada Emak-Emak bijak di luar sana.

     Namun, entah mengapa berawal dari kisah dua teman sekantor tentang series Layangan Putus yang katanya disadur dari cerita novel based on true story tersebut, membuat batinku meronta ingin menonton. Maklum, jiwa penulisku memercikkan lada keponya. Sebagus apa sih kisahnya?

     Lalu, dihari yang sama aku mendapatkan aplikasi tayangan series dari salah satu kawan tadi. Akupun mulai menonton seri pertama. Dijamin, sejak detik pertama sampai akhir, ceritanya disuguhkan begitu memukau. Tokoh si Mas Aris yang manipulatif, Kinan yang tabah dan cerdas, serta Lidia Daniera, wanita tak memiliki urat malu layaknya PSK, dimainkan dengan totalitas. Ya walau pada beberapa potongan series aku skip, sebab malu. Ada beberapa adegan 18+nya. Bukan sok suci, hanya saja kerudung di kepalaku seakan berbisik, "Astagfirullah, Titi. Kamu yakin menonton beginian?" Weks! Tanganpun auto skip.

     Keterpesonaanku pada kisah Layangan Putus tak membuatku hanya memuji sebagai seorang penulis, tetapi jiwa intelku juga tergelitik. Aku mulaikan berselancar di Google untuk mencari data penulis asli. Tentu tawaran Google yang sok tahu itu ada beberapa tingkatan. 3 deret teratas menjadi pilihanku. Voila, data sudah teridentifikasi dan footnote catatan sosial media masing-masing tokoh nyatanya kudapatkan. Sebenarnya demi apa? Kedua mataku berbinar senang luar biasa, senyum mencurigakan kukembangkan. Aku beralih ke Instagram dan follow akun si istri sah dan istri kedua dari Mas Aris (nama fiksi). Alangkah terkejut, ternyata tokoh Lidia Daniera (nama fiksi) itu bercadar sempurna dan akhlaknya baik In Syaa Allah dari setiap postingannya. Semakin penasaran dong, cari sumber lagi ternyata sebelumnya dia seorang selebgram yang belum menutup aurat. Well, di poin ini aku mengerutkan dahi, "lho, ada apa ini? Jangan-jangan kisah seriesnya berbeda dengan novelnya?"

     Yup, betul sekali. Aku beralih ke YouTube, di sana aku menemukan sumber valid dari pengakuan Mom ASF, sang istri pertama Mas Aris yang kini berstatus mantan istri (penulis) Ternyata dia berlepas diri dari kisah seriesnya, memang dia mengaku dihubungi pihak MD Entertainment, tetapi ceritanya memang berbeda.

     Lantas katanya tadi disadur dari novelnya? Memang benar, hanya saja esensi ceritanya yang sama, yakni 'mendua'. Kalau series yang diperankan Reza Rahardian Matulessy/Reza Rahardian (Mas Aris) Ni Luh Dharma Putri Marino/Putri Marino (Kinan) dan Nur Amalina Hayati/Anya Geraldine (Lidia Daniera) itu menggambarkan pasangan suami istri modern dan tidak agamis, demikianpun wanita simpanan Mas Aris. Sedangkan versi novel, kehidupannya agamis bahkan si Mas Aris seorang yang shalih dan berdakwah ke beberapa daerah. Lebih lanjut, perbedaan kisahnya di 'menduanya.' Versi series itu selingkuh, sedangkan versi novel itu taadud (poligami). Memang kesamaan ke Cappadocia dan hilang selama 12 hari tanpa kabar itu sama.

 

      Huh! Sampai di sini kenapa napasku sedikit sesak ya? Hehe.

 

     Baik, lanjut ya. Jika disorot dampak Kisah Layangan Putus, baik versi novel maupun series sama-sama mampu membuat para istri khawatir akan kesetiaan suaminya. Tak luput yang menulis tulisan ini. Rasa penasaran akan suaminya juga mencuat. Apalagi, dia sangat sadar dialah yang lebih dulu jatuh cinta dengan suaminya. Lagipula, laki-laki yang tidak pernah romantis dalam kata-kata itu hampir tak pernah memujinya, semisal "kamu sangat cantik, sayang. Kamu manis. Makanan kamu enak." Hatchih! Apa iya juga pujian sebagai tanda kesetiaan? Ah, ada-ada saja. Maklum wanita memang begitu, perasaan diutamakan ketimbang akalnya. Padahal tidak kurang bukti kasih sayang suaminya padanya. Hanya saja, ia tahu bahwa selama ini beberapa betina di luar sana ada yang tertarik dengan suaminya, hingga berujung ia blokir akun sosial media mereka. Iya dong, kan akun-akun sosial media suami-istri password-nya modus berbagi hehe. 

 

Lha? Bagaimana tahu wanita-wanita itu menyukai suaminya. Panjang ceritanya, bisa mengalahkan Series Layangan Putus durasinya jika dikisahkan.

 

     Tuhkan, jadi kemana-mana kalau cerita begini. Kita sampai di mana tadi? Oh iya, tentang istri-istri yang khawatir tentang kesetiaan suaminya ya? Yup, itu pula yang kulakukan. Aku mulai bertanya pada suami dengan hati-hati. 


     "Sayang, apakah laki-laki memang semua cenderung tertarik dan tak cukup dengan satu wanita?" Tentu jantungku kupersiapkan untuk tetap stabil, meski akan mendapatkan jawaban tak enak. Benar saja, ternyata jawabannya begini, 

      "Hampir semua laki-laki itu begitu. Sebab dia makhluk visual. Hanya saja, dia harus memutuskan apakah bertahan dengan istri pertamanya atau mendua." Bola mataku seketika melebar, ingin marah tapi kutahan. Tak ingin terlihat konyol. Selama ini kalau cemburu aku usahakan selalu anggun, agar tidak menjadikan suamiku berbalik ill-feel.

 

"Lalu?" Buruku penasaran.

 

"Ading lihat saja sendiri, buktinya kakak masih bersama ading. Walaupun kakak tak bisa berkata romantis, tetapi buktinya sekarang apa?" Ia lanjut mengusap pundakku di dalam pelukannya.

 

"Iya, Ulun tahu. Terima kasih sudah pilih dan cinta Ulun.” Balasku semakin mepet di pelukannya yang hangat. Ya, guys. Kita tak boleh mengorek masa lalu atau hal-hal yang belum terlihat di depan mata menjadi sebuah masalah yang harus dipertengkarkan. Dalam agama kita diajarkan demikian, agar kita fokus kepada proses taubatnya saja bukan dosa-dosanya. Lagipula semestinya kita bersyukur, tidak mudah bagi seseorang untuk lepas dari godaan. Sama halnya kita wanita ketika menahan diri dari godaan-godaan bela dan beli barang unyu-unyu, susah kan?

     Itulah yang terjadi guys. Satu hal pelajaran yang perlu kita sebagai wanita atau istri pegang, bahwa laki-laki atau suami itu adalah makhluk Allah yang memang penyuka keindahan atau hal yang menarik mata mereka. Saranku bahwa kita sebagai wanita harus bisa menjaga diri dan penampilan juga. Belajar berlogika dan realistis seperti kaum laki-laki. Di rumah dan di luar rumah harus berbeda. Usahakan berpenampilan bidadari di rumah, make up, skincare harus, minimal lipstik merah. Parfum wajib dan perawatan dalam juga. Lalu, apakah itu cukup sebagi jaminan? Tidak mutlak, tetapi setidaknya ada usaha untuk menunaikan keumuman yang disukai suami dulu ya. Pun yang paling utama, baik suami maupun istri harus kuat hubungan Piramidanya Kepada Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebab, semakin kita di posisi ujung kerucut Piramidanya, semakin dekat pula posisi keduanya (suami-istri). Semoga kisah Layangan Putus ini bisa kita ambil ibrah (pelajaran), bukan sebagai horor yang menjadikan kita menyempitkan ruang gerak suami dalam melakukan sesuatu, dengan bertindak impulsif.

     Pun, suami manusia biasa sama dengan dirimu. Dia bukan pula seorang narapidana yang kudu dipenjara di rumah dan hatimu, dia adalah belahan jiwa. Jangan bijakmu pupus lantaran Layangan Putus. Berdoalah semoga belahan itu hanya satu yakni kamu bukan dua-tiga dan seterusnya. Aamiin. Chiayo!


I'M GOOD, BECAUSE ALLAH WITH ME: A HIDDEN STORY OF GMT LEVEL 1.

Sabtu, 23 Oktober 2021

Salah satu kata azimat yang menguatkan saya dalam menghadapi peliknya permasalahan akhir-akhir ini. Saya adalah pribadi yang kau lihat baik-baik saja di luar, tetapi birunya hati tertutup karena jengah. Iya, malu di hadapan Sang Maha Pemilik hati, Allah Ta'ala. Bagaimana mungkin keluhan itu dibuat berepisode? Diumbar ke mana saja dan di mana saja? Ups! Bukan sedang diendorse salah satu platform media pembelajaran ya hehe. Maksudnya, saya selalu berpikir berkali-kali lipat dampak apa yang didapat ketika mencurahkan isi hati. Sebab, bisa saja bukan rasa lega yang diperoleh, menyulut masalah baru iya. Mencermati bahwa segala masalah ada jalan keluarnya. Dia tak pernah memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-hambaNya. Lalu, apakah saya tak pernah curhat ke orang lain? Kadangkala, kepada orang-orang yang saya percaya dan tentunya hanya bagian kulit masalah saja, bukan daging perkara yang dikisahkan. Oh maaf, sedari tadi mungkin kau bingung saya seperti menyampaikan mukadimah yang absurd. Padahal sebenarnya saya hanya ingin membagi beberapa kisah suka duka kegiatan online Google Master Trainer Level 1. Maklum, karakter wanita memang demikian. Tidak afdal ringkas. Harus rumit dulu hehe! 

Berawal dari rekomendasi Duta Rumah Belajar 2018, Burhanudin 2 bulan lalu. Saya tertarik untuk menjadi salah seorang Pendidik Bersertifikasi Google, layaknya teman-teman saya di dunia perdaringan selama ini semisal Meyrisa Anggraini (Instruktur-Kuala Kapuas) dan Hanna Kali Wahyumi (DRB 2019-Palangkaraya). Tentu bukan asal ikut-ikutan, melainkan dorongan hati sebagai seorang pendidik pecinta TIK selama ini. Lebih dalam lagi, karena ingin proses pembelajaran di daerah saya tidak ketinggalan menggunakan platform-platform kekinian juga semisal Google Classroom, dan lain-lain. Pun sangat benci alasan orang enggan maju karena letak geografisnya. Apalagi di masa pandemi yang masih dijaga protokol kesehatannya hingga sekarang. Penguasaan TIK bukan untuk memenuhi kebutuhan pribadi semata, melainkan untuk orang banyak pula. Di sana saya merasakan atmosfir kolaboratif. Ada rasa saling membutuhkan, tolong-menolong dan welas asih. Sehingga bisa menyembuhkan egosentrisme yang akut sekalipun. 

Baik, awalnya tidak menemui kendala ketika mengikuti kegiatan ini. Nilai-nilai praktik, teori maupun Ujian Kompetensi saya brilian. Didukung Para Coach sangat memukau dan apik dalam menyampaikan materi melalui streaming Youtube. Bahkan saat pengimbasanpun lancar jaya walau belum memenuhi target 50 orang per trainernya. Berkolaborasi bersama rekan-rekan trainer, Hasiholan Yusuf, Zainuddinoor, Nanang Fahrurrazi, Miokti Yessy, Herliani dan Syarifah begitu berkesan. Bersama mereka pengalaman saya bertambah. Apalagi kami berbeda latar belakang profesi dan minat, Pegawai LPMP Kalteng, Pengawas SMA/SMK Bartim dan Guru-guru dari sekolah dan daerah yang berbeda. Hal itu mewarnai cerita kami di sana, canda tawa, kesalahpahaman, kekesalan bahkan duka yang kami rasakan bersama. Bisa dikatakan kami seperti bersaudara sekarang. 

Lantas, di mana letak masalahnya? 

Jawabannya adalah saat Ujian Google Certification Education (GCE) Level 1, yakni ujian akhir yang harus dilalui para trainer untuk mendapatkan pengakuan Google dan Kemendikbudristek dalam bentuk sertifikat. Saat itu saya tidak menemui kesulitan baik awal mendaftar ujian, mendapatkan beasiswa untuk ujian, mendaftar akun ujian dan ujian, semuanya mulus. Tetapi, tak dinyana selain kurang memahami pertanyaan yang rumit karena berupa terjemahan Bahasa Inggris ke Indonesia, saya juga terkendala jaringan dan sinyal. Terputus di tengah-tengah ujian. Padahal sudah saya back up pakai jaringan seluler lain, namun error. Saya tetap mengirimkan jawaban ujian ke tim Google dan pergi ke tempat tidur, Siap-siap menemui mimpi. Tidak larut malam memang, tetapi saya sudah terbiasa istirahat saat selesai sholat Isya. Semua ini karena menjaga kesehatan saya yang terganggu akibat sering begadang dulunya. Sesuai mimpi yang tak mengenakan malam itu, pagi hari melihat notifikasi email belajar.id saya menyatakan ujian FAIL ( Gagal ). 

Hambar begitu membaur rasa di hati. Saya ingin menyalahkan diri sendiri, karena ketergesaan ikut ujian. Bukan tanpa sebab, saya ingin melanjutkan rencana ke Pondok Pesantren Amanah Umat, Banjarmasin tempat anak bungsu saya Ahmad Akmal Jauti menimba ilmu agama. Pikir saya, urusan-urusan lain harus beres dulu baru berangkat. Tiga hari lagi adalah kunjungan bulanan orangtua, yang sebenarnya tidak bisa dipenuhi secara rutin. biaya tentu salah satu alasan. Rencana semula hanya suami yang pergi, namun ada prahara melunglaikan jiwa. Dia membatalkan niat. Akhirnya saya putuskan untuk ke sana bersama mahram saya, Mama Iqbal. Saya tak kuat melihat Akmal kecewa nantinya, orangtuanya tidak hadir seperti waktu sebelumnya. Ia menangis di video call, ketika semua santri didatangi orangtua masing-masing, dia tidak. Akmal hanya numpang kumpul dengan keluarga santri lain. Miris dan sedih melihatnya. Well, Alhamdulillah, kekasih yang sensitif dan emosional tadi, akhirnya tak tega dan menemani saya bersafar. Hanya menguraikan airmata bahagia, meskipun di dalam sana keping-keping luka berserakan tanpa ada jala merekatkannya untuk utuh. Saya hanya ingin berlepas dari kelemahan sebagai wanita, karena sejatinya kami kuat dibandingkan laki-laki. Ups, maaf saya melebar kemana-mana haha! 

Terus bagaimana kelanjutan ujian GCE Level 1 nya?

Terus berlanjut, saya mengajukan kembali beasiswa untuk ujian ulang. Hampir 10 hari baru dikirim ke email, padahal jadwal edar voucher setiap hari Jum'at. Ketika sudah memperoleh, akun ujian saya error berikut keterangan voucher invalid. Saya mau mundur sebab lelah dengan kerumitan mekanismenya. Tetapi rekan-rekan trainer menguatkan saya. Tercambuk semangat dan mencoba tenang. Proses demi proses dilalui, solusi akhir membuat email baru dan melaporkan kembali masalah voucher yang beralih status has been used itu ke Coach Steven Sutantro. Akhirnya diganti dengan kode voucher baru dan berhasil. Selanjutnya saya mencoba mengganti strategi. Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Saya belajar semua materi yang pernah dipelajari, pun merangkumnya dalam bentuk soal plus jawaban yang saya beri warna hijau dan kuning. Voila, tibalah kemarin pada hari Jum'at, 22 Oktober 2021 setelah sholat ashar, di mana suasana rumah hening. Anak saya Haikal latihan silat, sementara ayahnya ke kota kabupaten Kuala Kurun untuk memungut rezeki seperti biasanya. Sayapun memberanikan diri ujian ulang. Zikir, doa dan sholawat membasahi lisan saat menjawab soal-soal yang sama seperti sebelumnya tersebut. Sangat berharap tak sedetikpun Dia meninggalkan saya. Kau tahu hasilnya, saya PASS (lulus). Euforiapun terurai hingga bulir bening dari kedua kelopak mata keluar. Alhamdulillah, terima kasih kepada Allah, suami, putra, dan rekan trainer saya. Kalian semua luar biasa.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Real Dead People

"I see dead people"--The Sixth Sense Ambling! Hustling! When my soul wandering all the lands and oceans, My wings couldn't stop peace on them for long: scared. None of the people I met had normal eyes, Their skin were pale, "Hey, buddy! Look at me!" I shouted to them but silent I gotten. For the second thought trying, "Hey, sweetheart! Look at me!" I shouted to them, they stopped walking; Stepped closer emotionless. Trembling feelings in my legs, Then the heart beating hard, "What's going on to these people?" I threw a spear from my eyes, One of the beautiful girls said, "Bring me back to life, please?" Hence, my body and soul awakened. I sat on the park bench and thought, Hugged myself tightly, There, roughly ten o'clock position from me; car crashed sounds. I rushed and found a cat, bleeding on the asphalt road, "Just throw it in the garbage bin, dude" he said. My teeth chattered: hea

Your Wound Will Be Healed

"Why take any longer The feeling's getting stronger No, I can't wait. I can't wait anymore! Cause Today Is Yesterday's Tomorrow"--Michael Buble Standing squarely before my mirror, I ask you as the shadow of mine, How could you pretend smile? Meanwhile, your open wound uncleaned; Yellowish-red, To strive, to seek and find a bandage. Please one step ahead! 'Don't expel me' you said, We need to go to the library, Finding a book of God's: Beautiful in cover, light you heart, Thus, you will forget me. No! Dear, I can't stand it, Without you i'm nothing, Everything is blue. Don't hate me! Cause you cannot go alone, I know the feeling's getting stronger, Just stay here, your wound will be healed: I love you. ©zhema

Tuan Hati

Puisi Zhema Berdiri di jembatan angkat Kota Tua Berjebah segala kapal jauh akan melewatinya; Hanya satu yang kutunggu, dia si Tuanhati Menjanjikanku untuk cuat pinangan. Hari-hari ini atau masa depan. M-7 dalam deret morse namamu: Raihlah tanganku segera! Ya Tuhan, benda-benda tanpa kabel itu! Meruntuhkan batas tembokku, Tanpa ampun, tanpa waktu luang, Dia menarikku paksa ke dalam cintanya. Aksara indah tak semerta milik pujangga, Ia luruh dalam cinta sepasang kekasih; Yang simpuh di atas sajadah kembar (jambu merah dan biru berplankton) Tuanhati, datanglah dengan kapalmu! Berdirilah di STEM bergeming dan gagah, Agar mataku hanya menangkap objekmu. Pun, biarkan dunia tahu, Keciutan hati bukan caramu, Katakan pada mereka cincin tersimpan: Berkemilau,indah dan hanya milikku. Ya Tuanhati! Ambillah Visa, Bentangkan layar kapalmu pulang! Sambangi aku dalam gaun putih, menetaplah. Suara Camar dan bunyi rebana adu ceria; Seakan engkaulah putra mahkota, Mereka