MENELISIK ONAK DI JEJAKMU
Puisi Zhema
Kemarin adalah lena yang panjang
Tak ada rasa khawatir ataupun curigaku wahai lanang
Kau yang memilih diam ketimbang lantang
Menyampaikan isi hati yang harus dituang
Lantas, mengapa bisu bukanlah emas?
Biarkan ceroboh dalam hasrat cinta keras?
Pekakan hati dan fikiran waras
Bahwa ada salahmu ku tegas
Juni ini kutelisik onak di jejakmu
Ada petunjuk dalam analisa yang jitu
Biidznillah, kuawali langkah meramu
Untaian kalimat yang hakikatnya pilu
Iya..., ini rasa kecewa
Karena kau tumbuh dalam rahim penuh asa
Masa depan itu nyata kau bahagia
Berdiri di kakimu, tegar dan mulia
Ingatlah detik ini pada masa
Di mana ragaku sudah tak bersama
Dan pelukku hanya kenangan lama
Lanangku..,berjanjilah satu hal
Pilihlah Nisa yang baik akhlak dan akal
Agar tali nasib sedari awal
Diridloi Sang Pencipta yang kekal
Di naungan cintamu yang halal
Menelisik onak di jejakmu..
Kini tak lagi jadi pengganggu
Kekuatan itu adalah do'a sang Ibu
Hingga bahagiamu bersama rindu
Berpendar-pendar dalam qalbu
Kelak kemuliaan tercurah selalu
Padamu wahai generasi Rabbani ku
#PenulisTerpilih
TERBILUR KALAM RINDU
: Riau-Demak
Puisi Zhema
Riahi, di antara empat daratanmu yang terbelah,
Terbilur kalam rindu di atas nipahku,
hadir tersemai dari palung hati,
endapkan segala rasa,
saat jarak membentang
Demak-Riau.
Dhima, di depan Brown Canyon,
patutkah kecut hatiku mewabah?
Padahal, temali merah sudah tertambat; di dermagamu.
Ulurkan tanganmu, Riahi!
pastikan arah itu hanya
pada genggamanku,
kau kan damai di sana
berjalan dan berbagi kisah:
kau, aku dan benih cinta.
Duh, Gusti! Kulo angsal betuah Riahi
Selayang harapku tertiup sang bayu;
belum terkemas rapi
di bilik jantungmu.
Katakan apa yang harus kulakukan?
Serak-serak itu kan memuai menuju kehampaan.
Sudikah kau menghalau dan menjalanya?
Pun, selip ia rapat di
bejana renjana, redamlah!
Riahi, deburan hasrat hati
bukan karena elok rupa,
ia hadir murni dari anggunnya jiwa,
santun tuturan hentakkan sadarku,
"Di manakah selama ini kau tersimpan?"
Rasaku diabai dunia beribu tahun lamanya,
betapa rindu menghunjam.
Terpekur, tersudut,
batu kenaifan:
sangka engkau selamanya takkan ada.
"Demak-Riau!"
Deru rindu kita kini satu.
arungi kasih: bahagia.
Museum Rindu, 16 Oktober 2019
Bisa ditelisik di http://www.buletinkapass.com/2019/10/pemenang-nominasi-lomba-cipta-puisi.html
#PuisiRunnerUp
#LombaMenulisPuisi
#TemaRinduDemakRiau
#KompeterIndonesia2019
DONGENG YANG TERLUPAKAN
Puisi Zhema
Masa kecil bersamamu adalah cerita
Tak terlupakan hingga aku dewasa
Ku masih ingat dengan jelas Mina
Engkau buai aku dengan penuh cinta
Mendongeng senantiasa sebelum ku lena
Sebait dua bait kau mulaikan alur
Imajinasiku melejit ke dalam cerita yang menghibur
Tak kusangka aku sudah melebur
Bersama singgasan dan pitutur
Menghadiahi tokoh berbudi luhur
Kadang…aku merasa akulah si Putri
Bersama Dayang-dayang dan abdi
Bercanda dan berlari ke hutan yang sepi
Demi mencari Pangeran tampan yang dinanti
Ah…fikiran naïf si bocah Bawi
Mina…tak terasa aku merindu
Saat engkau mendongeng di setiap malamku
Walau sebenarnya engkau berjibaku
Dengan rumitnya hidup dan masa lalu
Namun tegar kau jalani tanpa ragu
Kini…tak ada lagi dongeng pada masa
Di mana era millennial pelan-pelan mencoba
Menggantikannya dengan film atau drama
Yang sebenarnya bukan budaya kita
Miris tapi diusutpun tetap dilema
Dongeng yang terlupakan
*Mina = Bibi/tante dalam Bahasa Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah
Puisi ini masuk 30 Besar Lomba Puisi Nasional (Lopunas) 2019, yakni urutan ke 26. Diadakan oleh IG @ruangkarya.indonesia
Hadiahnya adalah mendapatkan buku novel Laut Bercerita karya Leila S Chudori dan sertifikat hard copy. 💝
Puisi Zhema
Kemarin adalah lena yang panjang
Tak ada rasa khawatir ataupun curigaku wahai lanang
Kau yang memilih diam ketimbang lantang
Menyampaikan isi hati yang harus dituang
Lantas, mengapa bisu bukanlah emas?
Biarkan ceroboh dalam hasrat cinta keras?
Pekakan hati dan fikiran waras
Bahwa ada salahmu ku tegas
Juni ini kutelisik onak di jejakmu
Ada petunjuk dalam analisa yang jitu
Biidznillah, kuawali langkah meramu
Untaian kalimat yang hakikatnya pilu
Iya..., ini rasa kecewa
Karena kau tumbuh dalam rahim penuh asa
Masa depan itu nyata kau bahagia
Berdiri di kakimu, tegar dan mulia
Ingatlah detik ini pada masa
Di mana ragaku sudah tak bersama
Dan pelukku hanya kenangan lama
Lanangku..,berjanjilah satu hal
Pilihlah Nisa yang baik akhlak dan akal
Agar tali nasib sedari awal
Diridloi Sang Pencipta yang kekal
Di naungan cintamu yang halal
Menelisik onak di jejakmu..
Kini tak lagi jadi pengganggu
Kekuatan itu adalah do'a sang Ibu
Hingga bahagiamu bersama rindu
Berpendar-pendar dalam qalbu
Kelak kemuliaan tercurah selalu
Padamu wahai generasi Rabbani ku
#PenulisTerpilih
#PuisiTemaJuni
#DibukukanBerISBN
#EllunarPublisher
KEAWASAN LAYAR PERAHU NEGARA
Puisi Zhema
Ketika keprihatinan bertaburan pada generasi muda
Yang keluh membebani langkah berkarya
Hanya karena malas menguras kreasi cita
Dalam keawasan melayarkan perahu negara
Apa yang kausemat dalam benak wahai anak-anak negeri?
Kekalutan peroleh ilmu yang mumpuni
Persaingan teknologi ataupun edukasi
Seharusnya itu memicumu terus berdikari
Lengah yang diperparah
Padahal juangmu belum dikerah
Kemalasan menguasai langkah
Diingatkan malah hebat berkilah
Tiang ini terkibar bendera merah putih
Saksi bisu abadi para pahlawan gigih
Bertempur demi kalian generasi Indonesia terkasih
Agar tak merasakan getir jajahan penjajah yang perih
Wahai engkau anak-anak bangsa
Tugasmu hanya mengisi kemerdekaan dan menimba
Ilmu, benang, padi atau mutiara
Yang semuanya milikmu kekayaan alam Indonesia
Langkah tak patut ragu
Mangu tak perlu beradu
Inilah janji Indonesia satu
Bhineka Tunggal Ika yang bermutu
#PenulisTerpilih
#SayembaraPuisi
#PahlawandanKemerdekaan
#DibukukanBerISBN
#PenerbitAksaraMakna
TERBILUR KALAM RINDU
: Riau-Demak
Puisi Zhema
Riahi, di antara empat daratanmu yang terbelah,
Terbilur kalam rindu di atas nipahku,
hadir tersemai dari palung hati,
endapkan segala rasa,
saat jarak membentang
Demak-Riau.
Dhima, di depan Brown Canyon,
patutkah kecut hatiku mewabah?
Padahal, temali merah sudah tertambat; di dermagamu.
Ulurkan tanganmu, Riahi!
pastikan arah itu hanya
pada genggamanku,
kau kan damai di sana
berjalan dan berbagi kisah:
kau, aku dan benih cinta.
Duh, Gusti! Kulo angsal betuah Riahi
Selayang harapku tertiup sang bayu;
belum terkemas rapi
di bilik jantungmu.
Katakan apa yang harus kulakukan?
Serak-serak itu kan memuai menuju kehampaan.
Sudikah kau menghalau dan menjalanya?
Pun, selip ia rapat di
bejana renjana, redamlah!
Riahi, deburan hasrat hati
bukan karena elok rupa,
ia hadir murni dari anggunnya jiwa,
santun tuturan hentakkan sadarku,
"Di manakah selama ini kau tersimpan?"
Rasaku diabai dunia beribu tahun lamanya,
betapa rindu menghunjam.
Terpekur, tersudut,
batu kenaifan:
sangka engkau selamanya takkan ada.
"Demak-Riau!"
Deru rindu kita kini satu.
arungi kasih: bahagia.
Museum Rindu, 16 Oktober 2019
Bisa ditelisik di http://www.buletinkapass.com/2019/10/pemenang-nominasi-lomba-cipta-puisi.html
#PuisiRunnerUp
#LombaMenulisPuisi
#TemaRinduDemakRiau
#KompeterIndonesia2019
DONGENG YANG TERLUPAKAN
Puisi Zhema
Masa kecil bersamamu adalah cerita
Tak terlupakan hingga aku dewasa
Ku masih ingat dengan jelas Mina
Engkau buai aku dengan penuh cinta
Mendongeng senantiasa sebelum ku lena
Sebait dua bait kau mulaikan alur
Imajinasiku melejit ke dalam cerita yang menghibur
Tak kusangka aku sudah melebur
Bersama singgasan dan pitutur
Menghadiahi tokoh berbudi luhur
Kadang…aku merasa akulah si Putri
Bersama Dayang-dayang dan abdi
Bercanda dan berlari ke hutan yang sepi
Demi mencari Pangeran tampan yang dinanti
Ah…fikiran naïf si bocah Bawi
Mina…tak terasa aku merindu
Saat engkau mendongeng di setiap malamku
Walau sebenarnya engkau berjibaku
Dengan rumitnya hidup dan masa lalu
Namun tegar kau jalani tanpa ragu
Kini…tak ada lagi dongeng pada masa
Di mana era millennial pelan-pelan mencoba
Menggantikannya dengan film atau drama
Yang sebenarnya bukan budaya kita
Miris tapi diusutpun tetap dilema
Dongeng yang terlupakan
*Mina = Bibi/tante dalam Bahasa Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah
Puisi ini masuk 30 Besar Lomba Puisi Nasional (Lopunas) 2019, yakni urutan ke 26. Diadakan oleh IG @ruangkarya.indonesia
Hadiahnya adalah mendapatkan buku novel Laut Bercerita karya Leila S Chudori dan sertifikat hard copy. 💝
Komentar
Posting Komentar