Langsung ke konten utama

Puisiku

MENELISIK ONAK DI JEJAKMU
Puisi Zhema

Kemarin adalah lena yang panjang

Tak ada rasa khawatir ataupun curigaku wahai lanang
Kau yang memilih diam ketimbang lantang
Menyampaikan isi hati yang harus dituang

Lantas, mengapa bisu bukanlah emas?

Biarkan ceroboh dalam hasrat cinta keras?
Pekakan hati dan fikiran waras
Bahwa ada salahmu ku tegas

Juni ini kutelisik onak di jejakmu

Ada petunjuk dalam analisa yang jitu
Biidznillah, kuawali langkah meramu
Untaian kalimat yang hakikatnya pilu

Iya..., ini rasa kecewa

Karena kau tumbuh dalam rahim penuh asa
Masa depan itu nyata kau bahagia
Berdiri di kakimu, tegar dan mulia
Ingatlah detik ini pada masa
Di mana ragaku sudah tak bersama
Dan pelukku hanya kenangan lama

Lanangku..,berjanjilah satu hal

Pilihlah Nisa yang baik akhlak dan akal
Agar tali nasib sedari awal
Diridloi Sang Pencipta yang kekal
Di naungan cintamu yang halal

Menelisik onak di jejakmu..

Kini tak lagi jadi pengganggu
Kekuatan itu adalah do'a sang Ibu
Hingga bahagiamu bersama rindu
Berpendar-pendar dalam qalbu
Kelak kemuliaan tercurah selalu
Padamu wahai generasi Rabbani ku

#PenulisTerpilih

#PuisiTemaJuni
#DibukukanBerISBN
#EllunarPublisher



KEAWASAN LAYAR PERAHU NEGARA
Puisi Zhema

Ketika keprihatinan bertaburan pada generasi  muda
Yang keluh membebani langkah berkarya
Hanya karena malas menguras kreasi cita
Dalam keawasan melayarkan perahu negara

Apa yang kausemat dalam benak wahai anak-anak negeri?
Kekalutan peroleh ilmu yang mumpuni
Persaingan teknologi ataupun edukasi
Seharusnya itu memicumu terus berdikari

Lengah yang diperparah
Padahal juangmu belum dikerah
Kemalasan menguasai langkah
Diingatkan malah hebat berkilah

Tiang ini terkibar bendera merah putih
Saksi bisu abadi para pahlawan gigih
Bertempur demi kalian generasi Indonesia terkasih
Agar tak merasakan getir jajahan penjajah yang perih

Wahai engkau anak-anak bangsa
Tugasmu hanya mengisi kemerdekaan dan menimba
Ilmu, benang, padi atau mutiara
Yang semuanya milikmu kekayaan alam Indonesia

Langkah tak patut ragu
Mangu tak perlu beradu
Inilah janji Indonesia satu
Bhineka Tunggal Ika yang  bermutu

#PenulisTerpilih
#SayembaraPuisi
#PahlawandanKemerdekaan
#DibukukanBerISBN
#PenerbitAksaraMakna


TERBILUR KALAM RINDU


: Riau-Demak


Puisi Zhema


Riahi, di antara empat daratanmu yang terbelah,

Terbilur kalam rindu di atas nipahku,
hadir tersemai dari palung hati, 
endapkan segala rasa,
saat jarak membentang
Demak-Riau.

Dhima, di depan Brown Canyon, 

patutkah kecut hatiku mewabah?
Padahal, temali merah sudah tertambat; di dermagamu.
Ulurkan tanganmu, Riahi!
pastikan arah itu hanya
pada genggamanku,
kau kan damai di sana
berjalan dan berbagi kisah: 
kau, aku dan benih cinta.

Duh, Gusti! Kulo angsal betuah Riahi


Selayang harapku tertiup sang bayu; 

belum terkemas rapi
di bilik jantungmu.
Katakan apa yang harus kulakukan?
Serak-serak itu kan memuai menuju kehampaan.
Sudikah kau menghalau dan menjalanya?
Pun, selip ia rapat di
bejana renjana, redamlah!

Riahi, deburan hasrat hati

bukan karena elok rupa,
ia hadir murni dari anggunnya jiwa,
santun tuturan hentakkan sadarku,
"Di manakah selama ini kau tersimpan?"
Rasaku diabai dunia beribu tahun lamanya,
betapa rindu menghunjam.
Terpekur, tersudut,
batu kenaifan:
sangka engkau selamanya takkan ada.

"Demak-Riau!"


Deru rindu kita kini satu.

arungi kasih: bahagia.

Museum Rindu, 16 Oktober 2019


Bisa ditelisik di http://www.buletinkapass.com/2019/10/pemenang-nominasi-lomba-cipta-puisi.html


#PuisiRunnerUp

#LombaMenulisPuisi
#TemaRinduDemakRiau
#KompeterIndonesia2019


DONGENG YANG TERLUPAKAN

Puisi Zhema

Masa kecil bersamamu adalah cerita

Tak terlupakan hingga aku dewasa
Ku masih ingat dengan jelas Mina
Engkau buai aku dengan penuh cinta
Mendongeng senantiasa sebelum ku lena

Sebait dua bait kau mulaikan alur

Imajinasiku melejit ke dalam cerita yang menghibur
Tak kusangka aku sudah melebur 
Bersama singgasan dan pitutur
Menghadiahi tokoh berbudi luhur

Kadang…aku merasa akulah si Putri

Bersama Dayang-dayang dan abdi
Bercanda dan berlari ke hutan yang sepi
Demi mencari Pangeran tampan yang dinanti
Ah…fikiran naïf si bocah Bawi

Mina…tak terasa aku merindu 

Saat engkau mendongeng di setiap malamku
Walau sebenarnya engkau berjibaku
Dengan rumitnya hidup dan masa lalu
Namun tegar kau jalani tanpa ragu

Kini…tak ada lagi dongeng pada masa
Di mana era millennial pelan-pelan mencoba
Menggantikannya dengan film atau drama
Yang sebenarnya bukan budaya kita
Miris tapi diusutpun tetap dilema

Dongeng yang terlupakan


*Mina = Bibi/tante dalam Bahasa Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah


Puisi ini masuk 30 Besar Lomba Puisi Nasional (Lopunas) 2019, yakni urutan ke 26.  Diadakan oleh IG @ruangkarya.indonesia


Hadiahnya adalah mendapatkan buku novel Laut Bercerita karya Leila S Chudori dan sertifikat hard copy. 💝


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Real Dead People

"I see dead people"--The Sixth Sense Ambling! Hustling! When my soul wandering all the lands and oceans, My wings couldn't stop peace on them for long: scared. None of the people I met had normal eyes, Their skin were pale, "Hey, buddy! Look at me!" I shouted to them but silent I gotten. For the second thought trying, "Hey, sweetheart! Look at me!" I shouted to them, they stopped walking; Stepped closer emotionless. Trembling feelings in my legs, Then the heart beating hard, "What's going on to these people?" I threw a spear from my eyes, One of the beautiful girls said, "Bring me back to life, please?" Hence, my body and soul awakened. I sat on the park bench and thought, Hugged myself tightly, There, roughly ten o'clock position from me; car crashed sounds. I rushed and found a cat, bleeding on the asphalt road, "Just throw it in the garbage bin, dude" he said. My teeth chattered: hea

Your Wound Will Be Healed

"Why take any longer The feeling's getting stronger No, I can't wait. I can't wait anymore! Cause Today Is Yesterday's Tomorrow"--Michael Buble Standing squarely before my mirror, I ask you as the shadow of mine, How could you pretend smile? Meanwhile, your open wound uncleaned; Yellowish-red, To strive, to seek and find a bandage. Please one step ahead! 'Don't expel me' you said, We need to go to the library, Finding a book of God's: Beautiful in cover, light you heart, Thus, you will forget me. No! Dear, I can't stand it, Without you i'm nothing, Everything is blue. Don't hate me! Cause you cannot go alone, I know the feeling's getting stronger, Just stay here, your wound will be healed: I love you. ©zhema

Tuan Hati

Puisi Zhema Berdiri di jembatan angkat Kota Tua Berjebah segala kapal jauh akan melewatinya; Hanya satu yang kutunggu, dia si Tuanhati Menjanjikanku untuk cuat pinangan. Hari-hari ini atau masa depan. M-7 dalam deret morse namamu: Raihlah tanganku segera! Ya Tuhan, benda-benda tanpa kabel itu! Meruntuhkan batas tembokku, Tanpa ampun, tanpa waktu luang, Dia menarikku paksa ke dalam cintanya. Aksara indah tak semerta milik pujangga, Ia luruh dalam cinta sepasang kekasih; Yang simpuh di atas sajadah kembar (jambu merah dan biru berplankton) Tuanhati, datanglah dengan kapalmu! Berdirilah di STEM bergeming dan gagah, Agar mataku hanya menangkap objekmu. Pun, biarkan dunia tahu, Keciutan hati bukan caramu, Katakan pada mereka cincin tersimpan: Berkemilau,indah dan hanya milikku. Ya Tuanhati! Ambillah Visa, Bentangkan layar kapalmu pulang! Sambangi aku dalam gaun putih, menetaplah. Suara Camar dan bunyi rebana adu ceria; Seakan engkaulah putra mahkota, Mereka